Kepala Dinkop UKM Jateng Ema Rachmawati (kiri) bersama Plt Wali Kota Semarang Mbak Ita (tengah) saat belajar membatik di Hotel Novotel Semarang. |
Ema menjelaskan, perajin batik banyak mengeluhkan soal pemasaran karena tidak semua menyukai kain batik belum dalam bentuk jadi. Kebanyakan perajin batik hanya membuat kain saja, tidak dalam bentuk fesyen atau produk jadi.
Menurut Ema, pernak pernik yang ada di setiap sudut dan menjadi pusat perhatian tamu menginap bisa dihiasi dengan kain batik. Semisal penggunaan kain serbet maupun taplak di meja makan, bisa juga memanfaatkan kain batik.
"Paling yang bisa kita kerja samakan adalah dekorasi kamar bernuansa batik. Jangan kain yang polos, atau bisa juga hiasan-hiasan di dalam kamar atau di sudut-sudut hotel bisa batik. Atau bisa juga memberikan ruang bagi perajin batik memajang produknya untuk ditawarkan kepada tamu menginap," kata Ema.
Sementara itu General Manager Hotel Novotel Semarang Gunawan Widodo menyatakan, pihaknya setiap bulan sudah ada jadwal khusus bagi pelaku UMKM. Tidak hanya UMKM kerajinan tangan saja, tapi juga perajin batik diberikan ruang khusus untuk memamerkan produk buatannya.
Terkait dengan penyediaan ruang pamer bagi pelaku UMKM, semuanya disediakan gratis.
"Harga yang dipasang adalah harga standar UMKM, jadi kita tidak ambil untung dari jualan itu. Mereka juga tidak membayar seper pun dan kita hanya menyediakan tempat," ujar Gunawan. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar