Semarang-Kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoadjie Prayoedhie mengatakan telah terjadi 34 gempa kecil yang terjadi sejak Sabtu (23/10) kemarin hingga Senin (25/10) pagi, di wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. Sampai dengan saat ini, BMKG menyebutkan jika rentetan gempa kecil itu sebagai aktivitas Swarm. Pernyataan itu dikatakannya melalui siaran pers, kemarin.
Setyoadjie menjelaskan, Swarm merupakan serangkaian aktivitas gempa dengan magnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadian berlangsung relatif lama di wilayah tertentu atau lokal. Gempa Swarm terjadi karena proses kegunungapian atau vulkanik, dan untuk wilayah gempa di Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga diapit Gunung Telomoyo dan Gunung Merbabu.
"Jika kita lihat di sini, berikut adalah distribusi dari episenter gempa yang terjadi pasca-gempa bumi yang terjadi kemarin di Salatiga. Bisa kita lihat bahwasanya gempa bumi yang terjadi, terklaster di daerah yang dilalui sesar Merapi-Merbabu dan Telomoyo-Rawa Pening," kata Setyoadjie.
Sementara itu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sudah berkomunikasi dengan Bupati Semarang Ngesti Nugraha dan Wali Kota Salatiga Yulianto, untuk mengantisipasi kejadian gempa Swarm di daerah masing-masing. Termasuk, segera menggelar apel siaga dalam penanganan kebencanaan dan cuaca ekstrem.
"Maka sekaligus kita meminta apel siaga itu, bagian dari sosialisasi dan memberikan informasi kepada masyarakat. Bahwa semua mesti mengakses aplikasi info cuaca, yang dimiliki BMKG. Ini sangat penting sekali," ucap Ganjar.
Diketahui dalam catatan sejarah gempa kuat dan merusak di wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga, pernah mengalami beberapa kali gempa. Pada 1849 terjadi gempa di wilayah Semarang dan Salatiga, beberapa gempa merusak terjadi pada 1865 hingga 1866 dan 1872. Sedangkan pada 2014, juga tercatat pernah terjadi gempa dengan diikuti suara dentuman keras. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar