Gubernur Ganjar Pranowo saat berkunjung ke tenda darurat yang didirikan RSUD Soetijono Blora, kemarin. |
Semarang-Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan selama ini pemprov sudah berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) serta Persatuan Rumah Sakit Indonesia (Persi), namun tenaga medis yang dibutuhkan masih kurang. Oleh karena itu, upaya bantuan lainnya dicoba dari sekolah profesi kedokteran dan keperawatan. Pernyataan itu dikatakannya saat melakukan peninjauan ke kantor Dinas Kesehatan Jateng, kemarin.
Menurut Ganjar, upaya tersebut ternyata terganjal dari izin orang tua siswa yang tidak memberikan izin anaknya ikut menjadi relawan tenaga medis di rumah sakit atau layanan kesehatan lainnya.
Ganjar menjelaskan, tenaga kesehatan saat ini sedang dibutuhkan untuk menangani pasien terkonfirmasi COVID-19. Oleh karena itu, pemprov akan mengupayakan jalan lain dalam pemenuhan kebutuhan tenaga medis di fasilitas layanan kesehatan.
"Izin kepada bapak ibu yang anaknya sekolah di kedokteran, yang sekolah di perawat izinkan anaknya untuk membantu. Karena ada laporan anaknya mau, tapi orang tuanya tidak mengizinkan. Karena ini negara memanggil, kemanusiaan memanggil sehingga kita memang butuh mereka-mereka yang ahli," kata Ganjar.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo menambahkan, beberapa pekan terakhir pihaknya menjalin komunikasi dengan perguruan tinggi yang memiliki fakultas kedokteran dan sekolah keperawatan berkaitan dengan lowongan relawan tenaga medis. Namun, upaya itu tidak berjalan mulus karena banyak orang tua siswa tidak memberikan izin anaknya menjadi relawan medis membantu penanganan pasien COVID-19.
Menurutnya, para mahasiswa kedokteran dan siswa sekolah perawat ini rencananya akan diperbantukan ke fasilitas layanan kesehatan di Jateng yang kekurangan tenaga medis guna menangani pasien COVID-19.
Yulianto menjelaskan, tidak diberikannya izin bisa jadi orang tua khawatir anaknya ikut terpapar COVID-19 saat menangani pasien.
"Ya mungkin karena khawatir ya orang tuanya. Nanti kita pendekatan persuasif melalui organisasi profesi, supaya hal-hal seperti itu nanti diatasi. Mungkin nanti kita akan coba di luar Pulau Jawa yang angka kasusnya tidak terlalu tinggi, akan kita lakukan pendekatan," ucap Yulianto. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar