Soekowardojo Kepala Perwakilan BI Jateng |
Semarang-Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Soekowardojo menyebutkan, selama masa pandemi COVID-19 ekonomi dalam negeri mengalami kontraksi hingga 5,32 persen secara tahunan. Salah satu sektor yang paling terdampak adalah pelaku UMKM, karena hambatannya adalah akses permodalan ke lembaga pembiayaan.
Soekowardojo menjelaskan, akses permodalan di masa pandemi ini menjadi kendala yang dihadapi para pelaku UMKM. Karena, hampir 50 persen pelaku UMKM mengeluhkan tidak bisa mengembangkan usahanya karena keterbatasan akses keuangan ke lembaga pembiayaan.
Menurutnya, diperlukan adanya campur tangan dari lembaga pembiayaan untuk membantu memulihkan ekonomi pelaku UMKM.
"Dalam kondisi pandemi COVID-19 ini, kendala permodalan juga menjadi salah satu permasalahan yang dihadapi UMKM. Keterbatasan akses pembiayaan UMKM pada dasarnya, juga dialami pelaku usaha di seluruh dunia tidak hanya di Indonesia. Sebanyak 50 persen UMKM, tercatat memiliki hambatan pengembangan usaha berupa keterbatasan akses keuangan. Menyadari potensi UMKM dalam menopang ekonomi nasional dan juga menjaga sistem stabilitas keuangan di Indonesia, maka pengembangan akses keuangan bagi UMKM menjadi penting untuk dilakukan," kata Soekowardojo di sela membuka webinar "Alternatif Syariah Bagi UMKM" periode FESyar Regional Jawa, Jumat (9/10).
Lebih lanjut Soekowardojo menjelaskan, survei yang dilakukan Bank Indonesia kepada 916 responden UMKM mitra binaan menyebut jika terjadi penurunan kinerja selama masa pandemi karena tidak ada penambahan permodalan.
"UMKM ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional, maka diperlukan adanya alternatif pembiayaan yang mampu menjembatani pelaku UMKM. Salah satunya adalah pembiayaan berbasis syariah," pungkasnya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar