Gubernur Ganjar Pranowo saat berdialog dengan sejumlah buruh yang di-PHK usai memberikan bantuan sembako di Boyolali, Jumat (1/5). |
Semarang-Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Jawa Tengah mencatat, sampai dengan hari ini sudah ada sekira 55 ribu buruh yang terdampak COVID-19.
Salah satu buruh yang harus di-PHK perusahaannya, Muhron mengaku memilih berjualan es campur untuk bisa menghidupi keluarganya. Warga Karangroto Genuk ini, tidak putus asa dan berjuang di tengah pandemi untuk tetap survive.
Menurutnya, dengan sisa uang simpanan dan tabungan yang dimiliki ia mencoba berjualan es campur dan es jus. Atas kebaikan temannya yang meminjamkan gerobak, ia memulai usaha bermodal Rp300 ribu.
"Karena di tengah pandemi ini, saya mau gak mau harus banting tulang. Jangan sampai setelah di-PHK, saya tidak punya pemasukan. Alhamdulillah, saya punya teman dan saya dipinjami gerobak. Saya gunakan untuk berjualan, walaupun laku sehari 10-20 bungkus es campur," kata Muhron, Jumat (1/5).
Lain Muhron, lain pula cerita dari Mujiono yang juga harus diberhentikan perusahaan karena COVID-19 menggoyang tempatnya bekerja.
Mujiono mengaku sudah dua pekan berada di rumah dan tidak bekerja, hanya mengandalkan tabungan saat bekerja dulu untuk menghidupi keluarganya.
"Sejak tanggal 28 April kemarin, dulu kerja di pelabuhan. Ini masih mengandalkan simpanan, untuk menghidupi keluarga. Karena kena dampak ini, kita susah untuk menghidupi keluarga. Ada bantuan kita bersyukur," ujar Mujiono.
Sementara, Pemprov Jateng dalam rangka memeringati Hari Buruh Sedunia membagikan 2.164 paket sembako. Ribuan paket sembako itu dibagikan kepada para buruh yang terdampak COVID-19 di Kota Semarang, Kabupaten Semarang dan Grobogan serta Demak dan Boyolali. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar