Seorang warga Desa Kesongo membuang sampah yang sebelumnya sudah dipilah. |
Semarang-Pelaksanaan Kongres Sampah yang kali pertama digelar, menghasilkan empat rekomendasi bagi Pemprov Jawa Tengah. Rekomendasi itu menitikberatkan pada edukasi mengenai sampah, agar bisa mengelola dengan hati bukan sekadar mencari nilai finasialnya.
Salah satu anggota Kongres Sampah Natalia Desi dari Balai PSDA Bodri Guto mengatakan empat rekomendasi yang diberikan kepada Pemprov Jateng itu, nantinya akan menjadi dasar bagi pemerintah dalam upaya mewujudkan gerakan bebas sampah plastik. Namun demikian, keempat rekomendasi yang diberikan itu lebih pada memberikan pemahaman soal sampah kepada masyarakat. Utamanya, tentang pemanfaatan bukan finansialnya.
Menurutnya, mengolah sampah harus dilakukan sebagai budaya masyarakat sejak dalam rumah.
Natalia menjelaskan, penanganan sampah juga harus diwujudkan dalam aksi nyata bukan sekadar wacana. Beberapa daerah yang berhasil mengolah sampah, bisa dijadikan sebagai percontohan. Salah satunya adalah Deso Kesongo, tempat berlangsungnya Kongres Sampah.
"Kesimpulannya, kita lebih memerdalam dan mendalami pemahaman masyarakat bagaimana kita pedulu dengan lingkungannya bukan mementingkan nilai ekonomisnya lebih dulu. Karena, kalau ke lingkungannya kita memerhatikan seluruh aspeknya. Ya lebih dari hati saja, gerakan zero waste ini," kata Natalia, kemarin.
Lebih lanjut Natalia menjelaskan, rekomendasi berikutnya adalah meminta pemprov bisa membuat instruksi sampai ke tingkat desa/kelurahan membuat satuan tugas sampah. Tujuannya, untuk menegakkan regulasi soal pengelolaan sampah.
"Sudah ada embrionya di Desa Kesongo ini, dengan membuat Tim Peduli Sampah Desa. Warganya setahun ini menerapkan pengolahan sampah sejak dalam rumah, dan nanti yang dibuang juga masih dipilah lagi," pungkasnya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar