Unit Manager Comm & CSR Pertamina MOR IV Andar Titi Lestari saat menjadi pembicara soal distribusi elpiji bersubsidi. |
Semarang-Penggunaan elpiji yang tidak tepat sasaran, disinyalir banyak masyarakat mampu ikut menikmatinya. Di antaranya adalah para pemilik rumah makan dan peternak ayam di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Para pelaku usaha berskala besar, diduga ikut menggunakan elpiji bersubsidi ukuran tiga kilogram.
Unit Manager Communication & CSR Pertamina MOR IV Andar Titi Lestari mengatakan yang paling banyak adalah pemilik rumah makan dan peternak ayam, diketahui banyak menggunakan elpiji bersubsidi. Pihaknya bersama sejumlah pihak terkait, terus melakukan inspeksi mendadak ke beberapa titik yang dicurigai memanfaatkan elpiji bersubsidi.
Andar menjelaskan, rumah makan yang diketahui memakai elpiji melon dan tidak mau beralih ke nonsubsidi akan ditempeli striker penanda tidak berhak menggunakan elpiji bersubsidi.
Menurutnya, sejak April sampai pertengahan Agustus 2019 pihaknya menemukan 245 tabung ukuran tiga kilogram yang dipakai masyarakat tidak berhak atau kalangan mampu. Terutama, pemilik rumah makan dan peternakan ayam.
"Rumah makan dan usaha peternakan ayam itu, memang sering kedapatan menggunakan elpiji bersubsidi. Kami menemukan ada di daerah Boyolali, kemudian di Sragen dan Wonogiri. Selain itu, pelaku usaha non-UKM juga banyak yang kedapatan memakai gas bersubsidi, misalnya usaha laundry. Jadi, pada saat kita sidak itu teman-teman dari Hiswana sudah menyiapkan tabung 5,5 kilogram buat sosialisasi trade in," kata Andar di sela diskusi mengenai mekanisme distribusi elpiji bersubsidi tepat sasaran di Hotel Grand Artos Magelang, Kamis (29/8).
Ketua Hiswana Migas Eks Karesidenan Kedu, Sutarto Murti Utomo menambahkan, memang diakui banyak masyarakat mampu yang masih mengonsumsi elpiji bersubsidi. Bahkan, jumlahnya bisa lebih banyak dari masyarakat miskin. Akibatnya, masyarakat yang berhak menggunakan elpiji bersubsidi kesulitan mendapatkan elpiji melon itu karena habis diborong kalangan mampu.
"Kita mencoba mendidik masyarakat untuk menjadi orang-orang yang sadar, barang-barang bersubsidi itu adalah miliknya orang-orang miskin. Kita mendidik masyarakat mampu untuk tidak pakai itu lagi. Ini tugas kita bersama, istilahnya membantu pemerintah," ucap Sutarto.
Dirinya berharap, dengan semakin banyak masyarakat mampu yang sadar tidak menggunakan elpiji bersubsidi, maka tidak akan ada lagi informasi kelangkaan elpiji ukuran tiga kilogram di tengah masyarakat. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar