Pengunjung Mal Ciputra melihat maket perumahan yang ditawarkan di Property Expo Semarang ketiga. |
Semarang-Keputusan pemerintah yang akan menaikkan harga rumah subsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), terus ditunggu para pengembang rumah murah itu. Karena, seharusnya para pengembang sudah bisa membangun rumah dan menjualnya dengan harga terbaru.
Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) Jawa Tengah MR Prijanto mengatakan banyak pengembang rumah subsidi di provinsi ini yang kemudian memilih menunda membangun rumah murah, dengan alasan harga jualnya belum masuk. Karena, jika menjual dengan harga lama maka margin yang didapat sangat sedikit.
Menurutnya, dengan harga masih sama para pengembang akan mengurangi margin karena harga tanah sudah naik tapi harga rumah belum naik.
Prijanto menjelaskan, bagi developer yang masih mempunyai stok rumah 2018, sekarang kesempatan untuk dihabiskannya dengan harga lama. Harapannya, pada April 2019 ini ada penyesuaian harga yang dikeluarkan pemerintah.
"Dari pemerintah itu kenaikan harga yang harusnya sudah bisa diberikan pada Januari-Maret ini, tapi belum keluar. Kalau Jawa Tengah ini harga untuk rumah MBR itu Rp130 juta per unit. Lima tahun yang lalu naiknya lima persen, dan tahun ini lebih dari lima persen. Perkiraan kami, harga rumah untuk MBR tahun ini bisa sampai Rp140 juta per unit," kata Prijanto, Jumat (5/4).
Lebih lanjut Prijanto menjelaskan, apabila pemerintah sudah memutuskan kenaikan harga untuk rumah subsidi dan telah diberlakukan, akan memberikan gairah bagi pengembang rumah murah kembali membangun rumah bagi MBR.
Sementara, untuk lokasi di Jateng yang masih bisa dikembangkan untuk pembangunan rumah subsidi ada di beberapa kabupaten/kota. Misalnya di wilayah Banyumas Raya, Solo Raya dan di Kabupaten Kendal.
"Kalau wilayah Semarang, sudah pasti tidak ada lagi lahan yang bisa dipakai untuk pembangunan rumah bersubsidi. Tapi kalau Kedungsapur, yang cocok ya wilayah Demak atau kendal," pungkasnya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar