Seorang investor sedang melihat perkembangan pasar modal. |
Semarang-Literasi pasar modal di Jawa Tengah belum sebaik literasi keuangan lainnya, semisal gerakan menabung di bank. Pada 2018 saja, masyarakat di Jateng yang mengetahui tentang pasar modal baru di angka 4,4 persen dan sudah menggunakan produk pasar modal 1,14 persen.
Kepala Kantor BEI Perwakilan Semarang Fanny Rifqi mengatakan berkaitan dengan literasi pasar modal, pihaknya terus berupaya menggandeng sejumlah perguruan tinggi yang ada di wilayahnya. Yakni dengan mendirikan galeri investasi, agar mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus melek akan pasar modal.
Menurutnya, masyarakat Jateng yang ada di wilayahnya harus terus teredukasi dan tersosialisasi tentang pasar modal. Sehingga, tidak hanya paham tentang produk perbankan umum saja tetapi juga soal pasar modal.
Fanny menjelaskan, pihaknya bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) setempat untuk melakukan edukasi lewat sekolah pasar modal. Termasuk, membuka galeri investasi di perguruan tinggi yang saat ini berjumlah 30 buah.
"total galeri investasi yang sudah kami kelola di Kota Semarang ada 20 galeri investasi. Kalau ditambah kota-kota di sekitar Semarang ada 10 galeri investasi. Jadi, total ada 30 galeri investasi yang sudah kami kelola," kata Fani, Senin (25/2).
Lebih lanjut Fanny menjelaskan, dengan membuka dan mengelola galeri investasi di lembaga pendidikan diharapkan bisa mendorong generasi muda melek akan pasar modal. Sebab, pada tahun ini pihaknya menargetkan muncul sebanyak sembilan ribu investor baru.
"Target ini naik jika dibanding tahun sebelumnya yang hanya tujuh ribu investor baru, tapi realisasinya mampu menggaet 11 ribu investor baru," jelas Fanny.
Sementara itu, lanjut Fanny, dari 24 perusahaan sekuritas yang ada di Kota Semarang terjadi transaksi sebesar Rp100 miliar per bulan setiap perusahaan sekuritas. Bahkan, juga ada satu perusahaan sekuritas yang mampu mencatatkan transaksi Rp300 miliar per bulannya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar