Sentot Bangun Widoyono Kepala BPS Jateng |
Semarang-Pada Agustus 2018, Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,21 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng mencatat, deflasi di wilayah ini terjadi karena turunnya sejumlah harga dari kelompok bahan makanan. Selain itu, juga disumbang sektor angkutan udara atau transportasi.
Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono mengatakan untuk sektor bahan makanan, telur ayam ras paling banyak memberikan sumbangan. Yakni sebanyak 0,1284 persen.
Menurutnya, secara umum deflasi dari kelompok bahan makanan menyumbang 0,27 persen.
"Dari sisi kelompok yang paling besar sumbangan deflasinya adalah kelompok bahan makanan. Jadi, bahan makanan itu deflasinya 1,31 persen dan menyumbang deflasi 0,27 persen," kata Sentot, Senin (3/9).
Lebih lanjut Sentot menjelaskan, di enam kota di Jateng yang dilakukan survei, kota tertinggi mengalami deflasi adalah Kota Surakarta sebesar 0,58 persen dan deflasi terendah adalah Kabupaten Kudus dan Kota Semarang sebesar 0,11 persen.
"Kalau di Pulau Jawa, deflasi tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta sebesar 0,26 persen dan terendah Kota Bandung sebesar 0,02," ujarnya.
Sementara, meski terjadi deflasi, namun ada beberapa komoditas yang menahan laju deflasi. Yakni naiknya harga kue kering berminyak, kayu balokan dan biaya masuk SMP. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar