Semarang-Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, terutama Pemilihan Presiden (Pilpres), suasana perpolitik dalam negeri cenderung memanas. Terlebih lagi, masih terbawa dengan suasana Pilpres 2014 lalu.
Kondisi tersebut ditangkap Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) di Kota Semarang, tidak baik. Hal itu diakui Ketua Ikatan Keluarga Besar Semarang (IKBS) Herlambang.
Menurutnya, kondisi yang sekarang dirasakannya hampir sama dengan Pilpres 2014. Sehingga, muncul kesan adanya pengelompokkan di masyarakat.
Herlambang menjelaskan, seharusnya hal tersebut tidak perlu terjadi lagi. Karena, demokrasi Indonesia sudah semakin baik dan maju.
Hanya saja, lanjut Herlambang, dirinya lebih menyoroti sikap dan tutur kata dari para elite politik yang ada di Jakarta untuk tidak memerkeruh dan menjadikan masyarakat bingung. Terlebih lagi, muncul sejumlah tanda pagar (tagar) yang cenderung membuat keresahan di tingkat masyarakat.
Dirinya menyebut, ada tagar #Jokowi2Periode dan #2019GantiPresiden. Menurutnya, kampanye-kampanye yang dibangun itu harus mampu menumbuhkan pendidikan politik dan demokrasi masyarakat. Sehingga, bukan saling melemahkan atau saling menjatuhkan.
"Memang butuh kedewasaan politik di dalam menyikapi semua hal. Apapun di dalam demokrasi, ada perbedaan bahwa ada yang pro dan kontra. Tapi tentunya, antara yang pro dan kontra harus saling menjaga. Selain itu, komentar dari para tokoh dan pakar harus saling menyejukkan. Jadi, yang saya tekankan adalah saling menghormati saja," kata Herlambang, Senin (3/9).
Lebih lanjut Herlambang menjelaskan, fenomena yang terjadi sekarang ini harus bisa dijadikan cerminan bagi masyarakat. Terutama, untuk menentukan pilihannya pada Pemilu 2019 mendatang.
"Pemilu atau event politik, secara kedewasaan politik masyarakat sudah besar dan matang. Jadi, saya pikir tidak akan terjadi seperti ini," tandasnya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar