Ketua LP2K Ngargono minta Pertamina terus mengawasi para pelaku usaha skala besar tidak lagi gunakan elpiji tiga kilogram. |
Semarang-Tim monitoring elpiji gabungan Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV dengan instansi lain, masih menemukan banyak pelaku usaha yang menggunakan gas elpiji tiga kilogram. Terutama pengusaha rumah makan dan pelaku usaha, dengan omzet Rp1 juta per harinya.
Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jawa Tengah Ngargono mengatakan munculnya persoalan kelangkaan elpiji bersubsidi di masyarakat, sebenarnya sudah diketahui akar permasalahannya. Yakni, karena adanya pengguna gas elpiji tiga kilogram yang tidak sesuai dengan peruntukkannya.
Oleh karena itu, jelas Ngargono, agar persoalan kelangkaan tidak terus terjadi karena penggunaan yang tidak sesuai peruntukkannya, Pertamina diminta bisa terus mengawasi dan memantau distribusi gas elpiji tiga kilogram. Salah satunya, dengan rutin menggelar inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah tempat yang sebelumnya sudah pernah didatangi.
"Kalau saya prinsipnya pengawasan harus terus sering mungkin dilakukan, karena kecenderungannya pada pengawasan yang dilakukan berulang masih ditemukan penggunaan elpiji yang bukan peruntukkannya. Kalau elpiji tiga kilogram betul-betul sudah tidak digunakan yang tidak berhak, maka asumsi-asumsi kelangkaan yang terjadi tidak muncul lagi. Karena di lapangan yang tidak berhak dan memakai elpiji bersubsidi itu masih tinggi," kata Ngargono, belum lama ini.
Lebih lanjut Ngargono menjelaskan, dengan terus memastikan pendistribusian gas elpiji tepat sasaran, maka persoalan kelangkaan bisa tertangani. Sebab, masyarakat miskin sebagai pihak yang berhak tidak akan dirugikan dengan adanya kelangkaan gas elpiji bersubsidi.
"Rekomendasinya kami adalah harus terus didatangi untuk memastikan tidak ada lagi yang memakai elpiji tiga kilogram," tandasnya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar