Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono dan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Wuryanto, di tengah masyarakat usai menonton Film 22 Menit di Bioskop XXI DP Mall Semarang, Kamis (19/7) malam. |
Semarang-Intoleransi merupakan bibit dari munculnya kasus atau aksi terorisme, yang terjadi di Tanah Air. Untuk mencegah muncul dan berkembangnya bibit intoleransi, Polda Jawa Tengah bersama Kodam IV/Diponegoro mengajak masyarakat menonton film "22 Menit" di sebuah bioskop di kawasan Simpang Lima, Kamis (19/7) malam.
Menurut Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono, masyarakat harus berani menolak adanya paham radikalisme yang akan masuk ke wilayahnya.
Condro mengatakan dengan bersatu padu menolak paham radikalisme, maka bibit intoleransi bisa dicegah. Sebab, masyarakat sudah paham dan mengetahui jika paham radikalisme atau intoleransi akan merusak bangsa.
"Tentunya dengan adanya film 22 menit ini, itu kan kejadian nyata ya yang terjadi di Thamrin, Jakarta. Kemudian difilmkan, itu mudah-mudahan penonton, masyarakat bersatu padu menolak segala bentuk radikalisme dan intoleransi. Karena toleransi merupakan bibit-bibit untuk radikalisme," kata Condro, Kamis (19/7).
Lebih lanjut kapolda menjelaskan, pihaknya sudah melakukan pemetaan terhadap daerah yang diduga menjadi tempat persembunyiaan dari para pelaku aksi teror.
"Kita kemarin mengamankan satu orang yang diduga terkait dengan kasus teror di Sleman, Yogyakarta," ujarnya.
Sementara itu, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Wuryanto mendukung adanya film yang mengedukasi masyarakat untuk menolak paham radikalisme.
Menurutnya, seluruh masyarakat wajib menonton film itu karena memberikan pemahaman jika intoleransi menjadi akar dari paham radikalisme.
"Film 22 menit ini sangat bagus untuk ditonton semua kalangan masyarakat, semua lapisan masyarakat. Karena ini sebuah pembelajaran yang luar biasa, di situ kita melihat bahwa kelompok-kelompok radikal yang akhirnya menjadi kelompok teror itu betul-betul tidak mengenal peri kemanusiaan," ujarnya.
Diketahui, film "22 Menit" disutradarai Eugene Panji dan Myma Paramita itu mengangkat kisah nyata peristiwa bom bunuh diri yang dilakukan kelompok teroris di Kawasan MH Thamrin, pada Januari 2016. Film tersebut menggambarkan kesigapan aparat kepolisian dan keberanian masyarakat, di dalam menghadapi teror saat bom meledak. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar