Mahmudi, salah satu perajin kulit loenpia di Kampung Kranggan. |
Semarang-Siapa yang tidak kenal dengan loenpia, jajanan asli Kota Semarang yang sudah mendunia itu. Setiap wisatawan yang datang berkunjung ke Kota Semarang, tentu tidak akan melewatkan mencicipi kuliner penggugah selera tersebut.
Isi dari loenpia bisa beraneka macam, tergantung dari pedagang atau pembuatnya. Jika loenpia original, maka hanya berisi irisan batang bambu muda yang disebut bung dan juga ebi atau udang kering. Namun, isian dari loenpia bisa juga daging ayam atau hanya sayuran saja.
Namun, pernahkah Anda tahu sebenarnya di Kota Semarang ada kampung yang khusus membuat kulit loenpia. Hampir semua warganya, bermata pencaharian sebagai pembuat kulit loenpia. Kampung itu adalah Kampung Kranggan di Kelurahan Kranggan, Kecamatan Semarang Tengah. Tak jauh dari Balaikota Semarang ke sebelah timur dekat dengan kawasan Pasar Johar.
Begitu masuk ke kampung yang mendapat julukan Kampung Kulit Loenpia itu, maka akan tercium aroma adonan dari tepung terigu yang dituang ke atas wajan panas.
Lurah Kranggan Agus Witanto mengatakan Kampung Kulit Loenpia dibentuk, karena adanya program dari Pemkot Semarang yang menginginkan setiap kampung memiliki kekhasan tersendiri atau tematik.
Menurutnya, Kampung Kranggan yang memang sudah lama dikenal sebagai produsen kulit loempia di Kota Semarang tersebut coba diangkat potensinya menjadi destinasi wisata baru. Yakni, memberikan edukasi kepada wisatawan yang datang mengenai kampung penghasil kulit loenpia.
"Kampung kulit loenpia dibuat pada 2016, karena waktu itu pemkot membuat kampung tematik. Jadi, di daerah kami itu ada sentra penghasil kulit loempia yang sudah turun temurun maka dibuatlah kampung tematik kulit loenpia," kata Agus.
Sementara, salah satu pembuat kulit loenpia, Mahmudi yang ditemui di rumahnya menjelaskan, dirinya sudah lima tahun menggeluti usaha warisan orang tuanya itu.
"Saya sudah bekerja sebagai pembuat kulit loenpia lima tahun yang lalu, mas. Ini mewarisi usaha orang tua. Biasanya, dalam sehari menghabiskan 25 kilogram bahan baku kulit loenpia," ujarnya.
Mahmudi sedang membuat kulit loenpia pesanan pelanggannya. |
Dalam keluarganya, ia merupakan generasi kedua pembuat kulit loenpia. Agar mampu menghasilkan kulit loenpia dengan tingkat ketipisan dan ukuran sama, maka besar api harus diatur dan wajan terus diputar. Setelah masak, kulit loenpia dipindah ke tempat khusus dan siap dipak untuk dijual ke pelanggan.
Biasanya, jelas Mahmudi, kulit-kulit loenpia yang sudah jadi itu akan dijual ke pedagang pasar. Yang dijual di pasar, umumnya adalah kulit loenpia gagal jadi atau ukurannya lebih kecil. Sedangkan yang dijual ke pedagang loenpia, adalah pesanan khusus dengan ukuran yang telah ditentukan.
Dalam sehari, ia mampu menghasilkan penghasilan antara Rp150 ribu sampai Rp250 ribu atau sekitar seribu kulit loenpia yang dijual.
"Per seribu lembar kulit koenpia, biasanya saja bisa dapat penghasilan antara Rp150 ribu sampai Rp250 ribu," tambah Mahmudi.
Agus menambahkan, memang pemasaran kulit loenpia yang dihasilkan Kampung Kranggan sudah menyebar ke seluruh Pulau Jawa. Apabila pesanan sedang ramai, maka satu keluarga pembuat kulit loenpia bisa mendapatkan keuntungan per harinya Rp1 juta.
"Pemasarannya memang tidak hanya di Kota Semarang saja, tapi ke kota-kota lain. Bahkan, sekarang ini sudah menyebar di Pulau Jawa," jelasnya.
Dirinya berharap, Kampung Kulit Loenpia bisa menarik wisatawan yang datang berkunjung. Sehingga, juga bisa meningkatkan pendapatan warga yang berjualan makanan di sekitar kampung. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar