Kepala Subdit Dana Masyarakat Direktorat Akses Non Perbankan Badan Ekonomi Kreatif Hanifah Makarim menyebut, pelaku startup kuliner harus memahami pengelolaan usaha. |
Semarang-Zaman milenial sekarang ini terus menjamur bisnis startup yang di sejumlah kota besar di Indonesia. Paling banyak adalah bisnis kulier, dan pada 2016 kemarin mampu menyumbang 41,40 persen atau Rp383 triliun bagi pendapatan domestik bruto (PDB) nasional di bidang ekonomi kreatif.
Kepala Subdit Dana Masyarakat Direktorat Akses Non Perbankan Badan Ekonomi Kreatif Hanifah Makarim mengatakan perkembangan usaha kuliner di Indonesia, sekarang ini terus bertambah dari tahun ke tahun. Terutama di kota-kota besar, terus menjamur usaha kuliner baru yang tumbuh.
Namun, jelas Hanifah, banyak juga usaha kuliner baru yang sekadar meniru dan tidak ada inovasi atau pembeda. Sehingga, tidak lama kemudian ditinggalkan konsumen.
Hanifah menyebut, banyak pelaku usaha kuliner yang kesulitan mengembangkan bisnisnya karena dua hal. Yakni persoalan pengelolaan usaha dan pemisahan keuangan keluarga.
"Belum melakukan pencatatan penjualan dan laporan keuangan adalah kendala yang membuat banyak pelaku usaha kuliner lebih cepat tutup. Selain itu, banyak juga pelaku usaha yang belum bisa memisahkan antara dompet rumah tangga sama dompet usaha. Padahal, itu sebenarnya sangat penting kalau tujuannya untuk dilirik investor. Sebab, investor akan melihat usahanya bukan dompet rumah tangganya," kata Hanifah, Jumat (2/3).
Oleh karena itu, lanjut Hanifah, pihaknya mencoba memberi pelatihan kepada para pelaku startup kuliner di Kota Semarang sebelum memulai bisnisnya. Yakni melalui mini class mentor.
Kegiatan itu, jelas Hanifah, bisa dimanfaatkan para startup kuliner untuk memerluas jaringan usaha. Salah satunya, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi melalui aplikasi transportasi online. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar