Calon pembeli tengah bertanya soal produk yang ditawarkan pihak pengembang di Property Expo Semarang kedua 2018 di Atrium Mal Ciputa, Sabtu (17/2). |
Semarang-Harga tanah di Kota Semarang semakin mahal, sehingga memengaruhi harga jual rumah. Hal itu dikatakan Ketua Property Expo Semarang Dibya Hidayat, menyikapi terbatasnya lahan yang masih bisa dikembangkan untuk pembukaan permukiman baru.
Menurutnya, harga tanah di Kota Semarang saat ini sudah mencapai Rp300 ribu per meternya dan berada di pinggiran kota. Sehingga, jika akan dibangun rumah bersubsidi dengan program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) sudah tidak masuk bagi para pengembang.
Dibya menjelaskan, mahalnya harga tanah membebani pengembang rumah murah. Karena, harga rumah FLPP tahun ini sudah mencapai Rp130 juta per unitnya.
"Katanya minimal sudah Rp300 ribu per meter. Jadi memang harga tanah itu di Semarang yang sangat memengaruhi harga rumah. Kalau harga tanah itu naik sudah tidak bisa turun lagi," kata Dibya, Senin (19/2).
Lebih lanjut Dibya menjelaskan, pada saat ini pun banyak pengembang rumah murah di Kota Semarang mulai melirik daerah-daerah penyangga kota ATLAS. Misalnya Kabupaten Demak dan Kendal.
Dibya menyebut, kedua daerah itu masih potensial untuk dikembangkan perumahan dengan segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), terutama adalah kalangan pekerja pabrik. Sebab, di Demak dan Kendal banyak berdiri perusahaan atau pabrik dengan pekerja yang rerata belum memiliki rumah.
"Sayung Demak itu masih potensial dibangun rumah murah dengan harga tanahnya maksimal Rp200 ribu per meter. Termasuk di Kendal yang sekarang ada kawasan industrinya," ujarnya.
Sementara itu, untuk menggaet calon pembeli rumah di kelas menengah dan menengah atas, kembali digelar Property Expo Semarang kedua di Atrium Mal Ciputra, mulai 15-26 Februari 2018. Pameran tersebut diikuti 11 pengembang perumahan dan beberapa vendor perabot rumah. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar