Kepala BPS Jateng Margo Yuwono menyebut ada perbedaan pola laju inflasi di 2016 dengan 2017 yang bisa berpengaruh pada tingkat inflasi. |
Semarang-Laju inflasi Jawa Tengah sepanjang 2017 sebesar 3,71 persen dan masih terjaga sesuai dengan target sasaran pemerintah, yakni empat persen plus minus satu. Sementara, untuk laju inflasi tahun kalender 2016 sebesar 2,36 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Margo Yuwono mengatakan dalam dua tahun terakhir ini, ada perbedaan pola yang memengaruhi pergerakan laju inflasi di provinsi ini.
Menurutnya, perbedaan pola itu tidak bisa diprediksi sebelumnya.
"Kalau lihat penyebab inflasinya agak berbeda polanya dibanding tahun 2016. Tahun 2017 ini diwarnai oleh adanya administered price, ada kenaikan tarif listrik, tarif perpanjangan STNK dan biaya pendidikan sekolah swasta. Kalau di tahun 2016 disebabkan oleh volatile food, misalnya harga bawang merah dan bawang putih," kata Margo, Selasa (2/1).
Margo menjelaskan, khusus untuk Desember 2017 di Jateng terjadi inflasi sebesar 0,71 persen. Inflasi tertinggi di Kota Surakarta sebesar 1,10 persen dan diikuti Kota Semarang sebesar 0,68 pesen serta Kabupaten Kudus dan Cilacap sama-sama sebesar. 0,60 persen. Sedangkan Purwokerto dan Kota Tegal masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,57 persen dan 0,49 persen.
Menurut Margo, inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya indeks kelompok pengeluaran. Penyebab utama inflasi adalah telur ayam ras, beras, cabai merah, daging ayam ras dan cabai rawit.
"Di sini harga telur ayam ras masih muncul dan menjadi penyebab terjadinya inflasi. Hal itu karena di bulan Desember polanya hampir sama dengan Lebaran," ujarnya.
Lebih lanjut Margo menjelaskan, meski terjadi inflasi pada Desember 2017 di Jateng tetapi masih ada komoditas yang menahan laju inflasi. Yakni harga bawang merah, tarif pulsa, bawang putih dan gula pasir. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar