Menristek Dikti Nasir (dua dari kiri) didampingi Gubernur Ganjar Pranowo dan Rektor Undip Prof Yos Johan Utama bersiap pentas wayang orang di Auditorium Undip, Jumat (3/11) malam. |
Semarang, Memeringati Dies Natalis Universitas Diponegoro (Undip) ke-60, para guru besar (profesor) di perguruan tinggi negeri (PTN) itu menggelar wayang orang berjudul "Semar Mbangun Kahyangan", di Auditorium Undip, Jumat (3/11) malam.
Tidak hanya 60 profesor Undip yang main wayang orang, tetapi juga ada Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. M. Nasir, Gubernur Ganjar Pranowo, Sekda Jateng Sri Puryono dan dibantu Perkumpulan Wayang Orang Ngesti Pandowo Semarang.
Menristek Dikti Nasir yang mendapat peran sebagai Bathara Brama mengatakan bermain wayang orang sudah dilakukannya sebanyak dua kali. Bahkan, untuk peran yang dilakoninya itu tanpa persiapan dan latihan dan hanya mendapat teks dari sutradara Danang Respati dari Ngesti Pandowo.
Menurutnya, gelaran wayang orang yang kemudian ditonton generasi milenial sekarang ini bisa menjadi ajang melestarikn kesenian lokal. Sehingga, generasi muda bisa paham dan mau untuk melestarikannya.
"Ada rasa bangga, ya. Bagaimana pun juga, budaya yang berkaitan dengan sejarah tidak boleh dilupakan," kata Nasir.
Menurutnya, ada pelajaran yang bisa diambil hikmahnya dari pentas "Wayang Spektra 60 Guru Besar Undip" itu, bahwa membangun kahyangan (wilayah atau negara) tidak bisa dilakukan sendiri dan membutuhkan kerja sama seluruh pihak. Termasuk dari masyarakat.
Rektor Undip Prof. Yos Johan Utama menambahkan, tokoh Semar merupakan teladan dan kaca benggala bagi semua civitas akademika Undip. Sehingga, karakter Semar harus bisa hidup di dalam jiwa masing-masing civitas akademika Undip.
Sementara itu, pementasan wayang orang yang digelar Undip diganjar penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (Leprid) sebagai penyelenggara dengan pemain guru besar terbanyak. Yakni, mencapai 60 orang profesor. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar