Semarang, Sejumlah toko ritel di kota-kota besar, di antaranya Jakarta harus kalah dengan bisnis jual beli online. Tidak sedikit toko ritel skala besar yang harus tutup, karena kalah bersaing.
Namun, dampak dari booming bisnis online itu tidak sampai berdampak pada bisnis properti. Hal itu terjadi, karena bisnis properti tidak bisa dilakukan secara online dan pembeli harus melihat langsung kondisi rumah serta lingkungan yang akan ditinggali itu. Pernyataan tersebut dikatakan Ketua Property Expo Semarang Dibya Hidayat, di sela pameran di Atrium Mal Paragon, Rabu (8/11).
Menurutnya, banyak pasar ritel harus gulung tikar ketika bisnis online naik daun. Hal itu diketahui dari keluhan sejumlah pengusaha yang bermain di sektor ritel.
Khusus untuk pasar properti, jelas Dbya, sampai saat ini masih aman dari gempuran bisnis online. Hanya saja, untuk meningkatkan keinginan masyarakat membeli properti di akhir tahun yang akan digenjot para pengembang perumahan.
Upaya yang dilakukan untuk memancing minat masyarakat membeli rumah, mulai dengan menawarkan promo-promo menarik lewat diskon harga atau pemberian bonus barang kebutuhan rumah. Harapannya, pada pameran kesembilan ini target penjualan sebanyak 60 unit bisa tercapai.
"Pasar ritel terkena dampak bisnis online. Ada pengaruh pada bisnis ritel. Kalau makronya masih jalan, tapi mikronya terguncang. Yang masih dibilang aman ya bisnis properti, kan tidak bisa dilakukan lewat online. Ini bagusnya pasar properti," kata Dibya.
Meski tidak terpengaruh dengan bisnis online, lanjut Dibya, tetap saja pasar properti memiliki saingan abadi di masyarakat. Yakni kredit pemilikan kendaraan bermotor.
Menurutnya, setiap bulan dan sepanjang tahun kredit kendaraan bermotor terus meningkat dan menguat. Masyarakat masih berpikiran, membeli kendaraan lebih penting dari membeli rumah.
"Rumah adalah investasi sedangkan kendaraan adalah konsumsi," tutup Dibya. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar