Semarang, Rumah subsidi pemerintah atau fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) memiliki pasar yang cukup besar. Yakni, masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Harga rumah FLPP di Jawa Tengah dijual sebesar Rp123 juta pada tahun ini. Beberapa perbankan sudah mulai mengambil pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR), untuk kelas rumah bersubsidi. Di antaranya BTN, Mandiri dan BRI. Namun, meski memiliki pasar yang besar ternyata potensi penjualannya terbilang sedikit.
Wakil Ketua DPD Real Estat Indonesia (REI) Jawa Tengah Bidang Promosi, Humas dan Publikasi Dibya Hidayat mengatakan ada banyak faktor yang membuat penjualan rumah FLPP terkendala. Salah satunya adalah vonis dari perbankan yang menyatakan pemohon kredit tidak layak. Alasannya, karena memiliki tanggungan kredit dari sejumlah perbankan untuk barang lainnya.
Menurutnya, alasan gagal layak kredit dari masyarakat pemohon. Sehingga, perbankan menilai pemohon kredit dinilai tidak mampu membayar tagihannya.
"Kalau FLPP kebanyakan susahnya adalah kelayakan KPR-nya. FLPP ini marketnya yang sangat tebal kalau dibagi porsinya. Tapi untuk mendapatkan orang yang layak KPR itu tipis. Misalnya dari penghasilan dikurangi biaya hidup tidak masuk," kata Dibya.
Lebih lanjut Dibya menjelaskan, sebenarnya pemohon kredit rumah FLPP juga bisa memanfaatkan pinjaman kredit rumah dari BPJS Ketenagakerjaan jika menjadi pesertanya. Para pekerja yang menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan akan mendapat bunga KPR sebesar lima persen per tahun. (K-08)
0 komentar:
Posting Komentar